Beragam sifat dan perilaku dimiliki oleh manusia. Oleh sebab itu, tidak dapat dipungkiri bahwa kita tidak bisa selalu sejalan dan merasa nyaman dengan semua orang. Ada beberapa hal yang membuat kita memilih lingkaran pertemanan tertentu untuk bersosialisasi.

Namun jika telah menemukan sosok yang cocok maka terkadang ikatan pertemanan lebih erat ketimbang dengan ikatan sedarah.

Ketika berhubungan dengan persahabatan, penting untuk memiliki beberapa kesamaan. Kesamaan minat atau hobi, contohnya, bisa menjadi tali yang mempererat hubungan.

Namun, sementara menikmati film yang sama dan memiliki selera makanan yang sama di restoran mungkin tampak krusial, fakta sebenarnya dari persahabatan yang kuat berada pada susunan genetika.

Studi baru yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences, mengungkapkan bahwa pertemanan yang erat terjadi karena kemiripan genetika antara keduanya ketimbang orang yang tidak mereka kenal.

Sebuah tim peneliti dari Stanford, Duke dan University of Wisconsin, Amerika Serikat, meneliti 5.500 remaja Amerika yang menggunakan data dari National Longitudinal Study of Adolescent to Adult Health.

Selama tahun ajaran 1994-95, peneliti mewawancarai lebih dari 90.000 warga AS berusia 12-18 tahun. Sebagai bagian dari survei tersebut, siswa diminta untuk mencantumkan nama teman mereka.

Pada tahun 2008, 12.000 peserta kemudian menyediakan sampel DNA yang digunakan untuk mengidentifikasi hubungan sosial antara individu dan teman mereka.

Setelah melakukan serangkaian perbandingan genetik antara sepasang pertemanan, tim menemukan banyak kesamaan genetik di antara keduanya, jauh lebih banyak daripada pasangan yang tidak mengenal satu sama lain.

Mereka juga menemukan bahwa genetika sepasang teman baik rata-rata hampir dua per tiga atau 66 persen serupa, mirip dengan pasangan suami-istri, seperti dilansir dari Time (12/1).

Penulis studi Benjamin Domingue, sekaligus asisten profesor di Stanford Graduate School of Education, mengatakan bahwa korelasi ini cukup kuat untuk dideteksi namun tidak sekuat hubungan pada saudara kandung.

Pengelompokan sosial pada remaja merupakan indikasi penting bagaimana orang memilah pilihan genetik. Masa remaja adalah masa perkembangan yang penting selama hidup dan pembentuk kebiasaan manusia, pola perilaku kesehatan, dan kesehatan mental keseluruhan yang terbentuk selama masa ini akan berlanjut sepanjang hidup.

Data juga menunjukkan bagaimana jaringan sosial dapat mempengaruhi pasar “jodoh”. Ternyata, teman yang menyiapkan seseorang dalam kencan buta sebenarnya memilah-milah genotipe untuk menemukan kecocokan sempurna secara genetik.

Hal ini mungkin terjadi karena secara alami manusia lebih tertarik menghabiskan waktu dengan orang-orang yang berbagi karakteristik sama, seperti memiliki latar belakang, tingkat pendidikan, atau tinggi dan/atau berat badan yang serupa.

Para periset menggambarkan proses ini sebagai homofil sosial.

Tentu saja, berada di tempat yang sama memainkan peran besar dalam siapa kita bertemu dan berteman. Misal menempuh pendidikan di universitas atau sekolah tertentu, akan berdampak sangat besar pada lingkaran sosial yang kita ciptakan. Penataan sosial, sering kali saling melengkapi dengan homofil sosial.

“Apakah individu secara aktif memilih untuk berada di sekitar orang-orang yang seperti mereka, atau apakah itu karena kekuatan impersonal, seperti struktur sosial, yang mempengaruhi kita semua?” tanya Domingue, dikutip Time. “Bukti temuan kami, sehubungan dengan teman, menunjukkan bahwa ini adalah efek dari struktur sosial.”

Gen dan lingkungan sosial terjalin erat dalam banyak hal, tambah rekan penulis studi dan profesor sosiologi University of North Carolina Chapel Hill, Kathleen Mullan Harris.

Kesamaan genetik di antara teman sekolah bisa jadi karena segala sesuatu, mulai dari lokasi sekolah hingga tipe orang tua yang memutuskan untuk mengirim anak mereka ke institusi tersebut, katanya.

Ini adalah persamaan yang rumit, tegas Harris.

“Ahli genetika perlu memperhatikan konteks sosial saat mereka memperkirakan pengaruh genetik terhadap (ciri) seperti pencapaian pendidikan,” katanya. “Penting untuk memperhatikan efek genetik bersama, yang kami spekulasi ini, benar-benar disebabkan oleh struktur sosial.”

Previous reading
Wisata Kuliner Jakarta
Next reading
8 Makanan dan Minuman Kekinian yang Sedang Hits di Indonesia